Sabtu, 11 Oktober 2014

Hadiah Terakhir

Bukan pilihan mudah menjadi penulis cerpen atau cerbung, dari banyaknya kalimat hanya beberapa kata yang mendapat pujian selebihnya sampah. Banyaknya ide usang yang sengaja ku pendam rapat memang terlihat bodoh di tengah malam saat hujan deras mengguyur ibukota jakarta. Aku masih terjaga dengan jari-jari yang mulai letih dan mata yang sayup-sayup terbakar kantuk yang luar biasa. Berharap aku mampu melukis kembali kenangan itu. Bercerita panjang pada sahabat dan teman, walau hanya lewat dunia maya. Aku tahu mereka tak akan pernah sadar dan mengerti apa arti cinta tanpa sebuah pengalaman dan perjalanan panjang yang mengajarkan aku betapa pahit.. Manis… Dan senangnya aku mencintaimu.. Bukan alasan indah atau sekedar manis bualan
Namun dari banyaknya waktu yang kita lewati di hari dimana akan selalu kita kenang seperti saat ini, adalah malam panjang buatku meringkuk dalam duniaku melepaskan emosi dalam cinta lewat ketukan jari-jari pada keyboard mengusik malam, sementara dingin malam ini terus saja mengusik tubuhku untuk segera terlelap
Aku terdiam dan menghentikan sejenak untuk mengambil air hangat. Sungguh aku kedinginan? Apa kamu tahu? Kenapa malam ini aku tak bisa terlelap? Apa kamu tahu kenapa? Ouh mungkin kau tak akan pernah tahu. Namun ketahuilah di setiap kata yang terucap adalah amarah… Rasa kecewa… Sedih yang mendalam… Terdiam dalam sunyi.. Layaknya melodi yang tak terdengar layaknya nada-nada yang mulai hilang oleh cahaya kilat malam ini, aku tahu, kamu tak akan pernah ingin lagi mendengar namaku, menyebutnya saja suatu kekejian bagimu.. Namun justru yang ada hanya rindu… Rasa penantian yang panjang untuk memelukmu, walau sejenak dan biarkan kita bercerita kembali seperti saat kau peluk mesra tubuhku di taman dan berjanji sehidup semati, masih ingatkah kau j*lang?, masih ingatkah kau wahai putri raja? Bukankah itu yang selalu kita banggakan
Yang terlihat sekarang hanyalah penghianatan… Rasa bosan dan amarah terkutuk bercampur anggur kesedihan.. Dan tahukah kamu sejak kamu pergi malam itu..? Hujan jadi saksi…? Aku tertunduk terdiam dalam ketakutan.. Meringkuk sendiri dalam sudut gelap… Air mata yang tak mungkin ku sembunyikan… Emosi yang tak bisa terungkap.. Aku terdiam.. Aku menahan seribu tanya..? Aku mencakar tubuhku meski tak ada guna?
Ya aku tahu kita memang berbeda..? Agamamu terlalu kuat? Dan aku pun begitu? Setiap masalah dan pertengkaran yang telah berlalu jadi saksi indah betapa kita telah melewati ribuan kilo, menahan setiap ocehan dan amarah dari orang tua.. Sahabat atau teman… Kita memang bodoh terus berlari meski sang tuhan telah jatuhkan amanatnya, atau karena cinta yang tak mungkin lagi dipisahkan. Mungkin saja demikian?, waktu 5 tahun memang bukan waktu yang sebentar namun jika malam ini aku rela tak terlelap untuk menngenangmu adalah alasan terindah kenapa cintaku tak pernah mati, atau aku yang terlalu bodoh setiap detik… Menit dan waktu yang berputar terus menantimu… Sejenak datang dan memeluk erat tubuhku walau dalam mimpi panjang.
“sayang maafkan aku kalau begini akhirnya harus ku akhiri sebelum cintamu semakin dalam. Maafkan diriku…”
“stop, kok kaya lagunya fatin ya?”
“ih sayang ini serius.. Kita lagi adegan romantis nih jangan merusak suasana donk?”
“tapi kenapa kamu ingin pergi sayang?”
“sudahlah fred cintamu dan cintaku tak mungkin lagi di satukan?”
“kamu tahu berapa lama aku memikirkan ini?” “hampir seluruh waktuku dan ini adalah hubungan bodoh fred?” “dan aku pun demikian hal-nya, sungguh aku tak bisa hidup tanpamu.. Namun bila akhirnya harus berakhir… Izinkan aku memelukmu walau hanya bayangmu”
“alfred ayo bangun? Kamu kuliah gak hari ini?” mamaku mulai dengan khotbahnya
“ya ampun mah..? Ini masih malam tahu..”
“matamu yang masih malam..? Ini udah jam 9 tahu..?”
“kamu memangnya gak kuliah hari ini?”
“haah apa jam 9?”
Di kampus
Hujan semalam mengguyur jakarta. Menyisahkan kenangan air yang masih belum sepenuhnya surut. Hari ini kampus begitu sepi. Beberapa bangku terlihat kosong, dosen pun sepertinnya mulai lapar dan tak bersemangat memberi tugas
“fred kamu udah tahu belum..?” si bule mulai ngoceh.
Temen dekil dengan rambut keriting penuh kecoa di sebelahku ini namanya bule, kalau nama panjangnya buluk legam. “ada berita apa sih bule? Kaya ibu-ibu arisan gak bisa diam?”
“eh serius nih tau..”
“iya iya kenapa?” “si aisyah kan mau nikah sama izoel bulan depan? Masa lo gak tau?” kata-kata bule sejenak menghentikan detak jantungku.
“hah..? Serius lo gak bohong, masa sih..?”
“iya benar anak-anak lain juga pada dapat kok undangannya” si bule menyerahkan sebuah surat undangan padaku.
“wah semoga mereka bahagia deh..” kataku singkat menahan dongkol.
Pengen rasanya lampiasin ke si bule dengan acak-acak rambutnya.
“kok cuma bilang gitu.. Memang lo gak cemburu atau setidaknya lo kaget biar seru” kata bule yang seakan tak melihat air mata gue yang udah mau tumpah. Pengen rasanya si bule gue peluk, sayang dia jelek belum lagi nanti dikira gue maho sama yang lain.
Apa gue sedang mimpi? Nikah..? Gue yang udah 5 tahun sama aisyah dan sekarang..? “bule gue lagi mimpi-kan?” kataku menahan air mata. “eh bego.. Lo ngapain mau nangis.. Lo kan cowok yang kuat donk. Gue aja yang gak punya cewek gak apa-apa, katanya tadi ga apa-apa? Tuh diliatin membernya?” gubrak
Lagu “adista – ku tak bisa” terus mengalun mengusik tetangga yang mulai resah. Aku terdiam, membaca surat nikahmu. Sementara cahaya mentari mulai terlelap. Aku sendiri dan selalu sendiri ibuku yang sedari tadi memanggilku untuk makan tak ku gubris. Tiba-tiba hpku bergetar ada sebuah pesan masuk. Ku berharap itu darimu. Ternyata si bule.
“berakit-rakit kita ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Pacar udah ke penghulu
Kiita masih sendirian.. Hahaha”
Sms si bule yang bikin gue makin yakin dia bukan teman baik.
Teman makan teman namanya kalo gini. “buleee.. Gue rebonding rambut lo besok. Sama kulit lo gue kerik biar putih lo kaya luna maya..”
Perasaan sedih bercampur kesal karena sms si bule. Jam dinding berdetak seiring hatiku yang tak terobati.
Rasa kehilangan akan sosok aisyah yang biasanya dengannya aku tersenyum bercanda dalam tawa yang tanpa henti.. “kau memberiku arti kesedihan yang mendalam aisyah.” aku melukis nama aisyah pada kaca lewat hembusan nafasku. Menatap langit malam tanpa bintang.
Ku lirik jamku 20:15 wib. Sudah terlalu malam rupanya. Jam berwarna merah jambu ini adalah pemberian aisyah saat ku ulang tahun. Masihkah kau mengingatnya walau sejenak aisyah.
Ku raih kunci motorku dan bergegas menyusuri malam. Aku ingat betul tempat dimana pertama ku kecup keningmu aisyah.
Sebuah lapangan dikelilingi taman bunga yang indah. Kita disana bercerita tentang keindahhan. Kedamaian dan kesenangan. Langkah ku terhenti sejenak. Ku lirik kiri kanan anak–anak muda yang sedang bermesraan, dan tepat di depanku, aku melihatnya.
Di sebuah bangku taman yang diterangi cahaya lampu. Aisyah sedang duduk manja dengan izoel, mereka memang cocok, izoel punya segalanya. Mobil, harta, cinta. Aku tahu mereka akan hidup bak kerajaan. Dimana izoel akan bersujud meminang aisyah bulan depan. Sementara aku? Sungguh aku tak sanggup lagi melihat mereka berduaan. Aku dekati perlahan dan tanpa permisi aku memukul izoel sampai ia terjerembab jatuh. Aisyah kaget apalagi orang-orang di sekeliling taman.
“plaaak” aisyah menamparku keras, seperti sinetron yang jelas diatur, namun ini bekas gamparannya menusuk hatiku dalam. Aku terdiam
“fred apa-apaan ini? Banci lo! Udahlah kenapa sih terus mengusik hubungan gue? Bulan depan kita akan nikah, ngerti lo! Sekarang apa lagi yang lo harapin dari gue.. Udah hancur gue karena lo.. Sekarang apa lagi.. Bukan 1 bulan atau 2 tapi 5 tahun fred? Dan sampai saat ini tak pernah sekalipun kau bilang akan menikahiku, sori fred aku tak mungkin pindah agama. Kita memang berbeda, sejak awal… Iya sejak awal..” aisyah penuh amarah sementara aku hanya terdiam menahan sakit.
“dan bila malam ini aku disini di tempat dimana kita pernah saling berjanji sehidup semati.. Maka harusnya kamu tahu betapa aku mencintaimu.. Aisyah”
“ya dulu? Sekarang kamu harus terima kenyataan bahwa aku tak bisa lagi bersamamu? Aku mencintai izoel?” aisyah menarik izoel dan menggengam erat tangannya. Aku terdiam terpana terbata. Sementara gerimis malam ini
Terus berkibar, aku masih tertunduk sendiri di bawah langit malam ini. Merenungi setiap kata yang tak mungkin ku pahami selain alasan cinta yang menghadirkanku di tempat terkutuk ini. Aisyah dan izoel berlalu, satu per satu anak-anak muda yang pacaran mulai menghilang ditelan malam. Aku sendiri memegang erat kepalaku, menahan sakit dan dingin malam ini, bergegas untuk kembali pulang. Padanya aku berhenti berharap lagi.
Dua hari aku tak kuliah… Pasti si bule akan tertawa puas. Ku habiskan bermain game dan menikmati rok*k yang ku hisap kuat-kuat dan ku hembuskan ke udara membentuk bola-bola awan. Berbentuk gambar cinta yang telah patah. Sungguh aku ingin sendiri sekarang. Tanpa teman, tanpa sahabat, tanpa orang yang ku sayang atau si bule yang gila.
Hidup ku terasa hampa sekarang. Aku mengenal aisyah lewat satu tatapan dan mencintainya begitu dalam sampai aku sendiri lupa bagaimana melupakannya sekarang.
Tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah telepon masuk. “pasti dari si bule..? Tuh kan benar..?” “halo… Kenapa lagi bule… Iya lo menang.. Mereka akan nikah kan… Kan lo udah bilang..” aku langsung berkata sebelum bule bicara. Hatiku mengatakan ia menelepon untuk meledek ku.
“apaan sih lo idiot…? Pantas aja ditinggal sama aisyah. Mang belum tahu. Info hangat saat iini?” kata bule seperti dikejar karena ketahuan nyolong sempak tetangga.
“info hangat apa lagi bule.. Berita lo pasti ujung-ujungnya gak baik..” kataku santai sambil garuk ketek.
“benar-benar idiot lo yak? Aisyah kecelakaan woy bego..” si bule marah-marah
“haaah… Apa? Tuh kan gak baik? Serius lo?” tawa gue langsung berubah kaya orang idiot seperti yang bule bilang, kecelakaan? Baru dua hari yang lalu aku bertemu dengannya? Tapi sekarang? “tapi masih hidup kan bule?” kataku menyembunyikan rasa takutku. “iya masih..” oh.. Makasih tuhan.. Yesus” kataku mematikan hp dan bergegas menemui rumah sakit dimana aisyah dan izoel dirawat.
Si bule sedang duuduk di tepi ranjang sedang santai seperti pantai sambil sok-sok sedih seperti ibu-ibu hamil. Padahal keluarganya juga bukan. Sementara ibu dan ayahnya aisyah beserta orang tua izoel sedang mengobrol. Pipi mereka masih tergambar sisa-sisa air mata. Dan terlihat bengkak.
Jujur saja aku khawatir pada aisyah namun apa daya. Bulan depan mereka akan menikah, mana mungkin aku berani menyentuhnya apalagi memeluknya di depan kedua orangtuanya.
Izoel menatapku sambil menahan kaki dan tangannya yang terbalut kain kasa, sementara aisyah terbaring lemah dan matanya ditutup kain.
“bule apa yang terjadi sama mereka..?” kataku sok-sok kuat.
“kok kamu gak ada rasa sedihnya gitu.. Izoel kesal karena kau usik malam itu, mereka bertengkar hebat, izoel yang dihinggapi cemburu buta melaju dengan kencang.. Dan sekarang… Kaya gini jadinya… Ini gara-gara kau.. Izoel cerita padaku kalau orangtuanya tahu… Eemmmh di sate kau…”
“aduh jangan disatelah aku… Tak enak dagingku…Di soup aja..?” kataku sambil nyengir babi.
“hah tak luculah kau.. Kenapa bahasa kau jadi kaya orang batak.. Ngeledek kau sama aku..?” si bule mulai terlihat jantan karena bahasa bataknya ku ikuti. “si izoel untung cuma tangan dan kakinya yang patah?. Masih bisa jalan dan bisa sembuh.. Kalau si aisyah…” sibule berhenti seperti memikirkan sesuatu…
“aisyah kenapa?” kataku sedikit memaksa.
“mata aisyah sebelah buta karena kena stang motor, dia dari kemarin belum sadar juga… Aku rasa tewas dia?” kata si bule
“apa maksudmu tewas… Aisyah tak mungkin tewas… Dia tak mungkin buta.. Bohong kan bule” kataku hampir memukul bule membuat semua orang menatap kami termasuk orangtua aisyah dan izoel.
“heeh santai saja kau… Kau yang buat mereka begini… Sekarang kau marah-marah.. Idiot kali lah kau ini” sekarang gantian bule yang marah dan menarik kerah bajuku.
Aku terdiam, sendiri dalam kesunyian.. Aku merasa bersalah.. Harusnya tak ku usik mereka malam itu..
Aisyah memang sadar namun ia belum menyadari kalau mata kanannya kini telah rusak.
Dokter mengatakan padaku kornea mata aisyah hancur dan mereka harus mengangkatnya sesegera mungkin atau mata itu akan membusuk dan menginfeksi ke mata sebelahnya.
“ya tuhan.. Ini berat dan tak mudah.. Padahal bulan depan meraka akan menikah” aku terus memukul tembok, menyalahkan diriku. Aku menyerah kalah sekarang… Ini bukan sinetron atau dongeng dimana semua pasti happy ending. Sungguh aku kesal pada diriku sendiri.
Baiklah kalau ini bisa menyelamatkan pernikahan kalian?
Pernikahan itu begitu meriah. Duduk disana dengan gaun terbaik. Aisyah dan izoel begitu terlihat ceria. Izoel melambaikan tangannya padaku seakan tahu sesuatu. Aisyah hanya menunduk malu padaku. Aku tahu kedua matanya berseri-seri sekarang namun hatinya tak bisa berdusta.. Tentang rasa.. Tentang cinta yang sesunggguhnya
Sementara aku dari tadi diledek si bule karena aku terus memakai penutup mata sebelah seperti koboy dalam cerita barat.
Ini kisah hidupku bule memberi arti di balik layar sambil tersenyum bahagia untuk orang yang sangat ku cintai. Aisyah selamat menempuh hidup baru. Jalan kita memang berbeda sejak awal.. Ya sejak awal.. Namun cinta telah memberi arti yang panjang, sampai 5 tahun kita menyerah pada takdir yang dengannya kita pasrahkan diri, alasan sederhana yang tak mungkin bisa dijelaskan secara logika. Yang ku tahu cinta adalah suatu perjalanan dimana aku singgah sebentar disana untuk sekedar bercerita kala hatimu sepi tak terobati.. Maka izinkan aku pulang kembali saat ku rasa sendiri dalam duka
Dan bila suatu saat kalian akan menggendong anak yang lucu-lucu dan aku hanya bisa tersenyum manis dari jauh untuk kebahagian kalian walau hanya lewat satu mata yang setidaknya masih bisa untuk melihat kebahagian dalam diriku.. Maafkanlah aku yang tak sempurna untukmu aisyah, namun ketahuilah jika aku ingin kembali disni di tempat gelap ini maka kamu pasti tahu alasan kenapa?. Selamat menempuh hidup baru sayangku aisyah. Sungguh aku merindukanmu
Karena sekeras aku mencoba melupakanmu dalam diam, bayangmu kini telah terpatri di hati.
Tamat

Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Facebook: Alfredpandie[-at-]yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Search